Pusat Download
Rabu, 17 Oktober 2012
Aturan Dan Daftar Perguruan Pencak Silat
Pencak Silat sebagai bagian
dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah
masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis
serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak
Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal
dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek
yang sama. Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa
Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai
saat ini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri
bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung
jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur.
Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar
belakang dan sejarah pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat
ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu
merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut
keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.
Sejarah perkembangan Pencak Silat secara selintas dapat dibagi dalam kurun waktu :
a. Perkembangan sebelum zaman penjajahan Belanda
b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan
b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan
a. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga
dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan
pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan tata
pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman
tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi,
merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi
perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di
masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn
ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di
zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa
itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan
diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan
selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri.
Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan
yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan
agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian.
Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela
dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita
telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan
pembawaan bangsa Indonesia.
b. Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali
memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah.
Pemerintah Belanda tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat
atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap
kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan
larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan
kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu
berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan
sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat
dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa
pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa
daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat
jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang.
Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai
perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
c. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik
Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan
dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan
semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran
Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa
serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di
Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat
suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai
sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul
itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang.
Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan
unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk
mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan
Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman
itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak
Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
d. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan
tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang
mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara
turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan
nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan
budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui
Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18
Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr.
Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan
Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada
Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di
tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai
dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah
pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan
pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama
Pencak Silat yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua
daerah di Indonesia menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah
di jawa lazimnya digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang
menyebut Silat. Sedang kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus
begitu juga dengan kata silat.
Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang
terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan
pertunjukan.
Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang
bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau
kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau
bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur
olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat
selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah
sebagai berikut :
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk
membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya
(manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai
keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian
Umumnya Pencak Silat mengajarkan pengenalan diri pribadi sebagai
insan atau mahluk hidup yang pecaya adanya kekuasaan yang lebih tinggi
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, Pencak Silat sebagai ajaran
kerohanian/kebatinan diberikan kepada siswa yang telah lanjut dalam
menuntut ilmu Pencak Silatnya. Sasarannya adalah untuk meningkatkan budi
pekerti atau keluhuran budi siswa. Sehingga pada akhirnya Pencak Silat
mempunyai tujuan untuk mewujudkan keselarasan/
keseimbangan/keserasian/alam sekitar untuk meningkatkan iman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, guna mengisi Pembangunan Nasional Indonesia
dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais.
Pencak Silat sebagai seni
Ciri khusus pada Pencak Silat adalah bagian kesenian yang di
daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada
jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan
suatu pendalaman khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus
menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian
antara wirama, wirasa dan wiraga.
Di beberapa daerah di Indonesia Pencak Silat ditampilkan hampir
semata-mata sebagai seni tari, yang sama sekali tidak mirip sebagai
olahraga maupun bela diri. Misalnya tari serampang dua belas di Sumatera
Utara, tari randai di Sumatera Barat dan tari Ketuk Tilu di Jawa Barat.
Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak bela
diri yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.
Pencak Silat sebagai olahraga umum
Walaupun unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak
Silat tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada jalur-jalur
masing-masing dapat dilakukan. Di tinjau dari segi olahraga kiranya
Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu sesuai dengan
tujuan gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan
Pencak Silat dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak
maupun orang tua/dewasa, secara perorangan/kelompok.
Usaha-usaha untuk mengembangkan unsur-unsur olahraga yang terdapat
pada Pencak Silat sebagai olahraga umum dibagi dalam intensitasnya
menjadi
a. Olahraga rekreasi
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
Pada seminar Pencak Silat di Tugu, Bogor tahun 1973, Pemerintah
bersama para pembina olahraga dan Pencak Silat telah membahas dan
menyimpulkan makalah-makalah :
1. Penetapan istilah yang dipergunakan untuk Pencak Silat
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
Sebagai tindak lanjut dari pemikiran-pemikiran tersebut dan atas
anjuran Presiden Soeharto, program olahraga massal yang bersifat
penyegaran jasmani digarap terlebih dahulu, yang telah menghasilkan
program Senam Pagi Indonesia (SPI).
Pencak Silat sebagai olahraga prestasi (olahraga pertandingan)
Pengembangan Pencak Silat sebagai olahraga & pertandingan
(Championships) telah dirintis sejak tahun 1969, dengan melalui
percobaan-percobaan pertandingan di daerah-daerah dan di tingkat pusat.
Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta telah dipertandingkan untuk pertama
kalinya yang sekaligus merupakan Kejuaraan tingkat Nasional yang pertama
pula. Masalah yang harus dihadapi adalah banyaknya aliran serta adanya
unsur-unsur yang bukan olahraga yang sudah begitu meresapnya di kalangan
Pencak Silat. Dengan kesadaran para pendekar dan pembina Pencak Silat
serta usaha yang terus menerus maka sekarang ini program pertandingan
olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan Pencak Silat pada
umumnya. Sementara ini Pencak Silat telah disebarluaskan di
negara-negara Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Inggris, Denmark,
Jerman Barat, Suriname, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru.
Program pembinaan Pencak Silat
Pencak Silat sebagai budaya Nasional bangsa Indonesia mempunyai
banyak ragam khas maisng-masing daerah, jumlah perguruan/aliran di
segenap penjuru tanah air ini diperkirakan sebanyak 820
perguruan/aliran.
Oleh karena itu dirasakan perlu adanya pembinaan yang sistimatis
untuk melestarikan warisan nenek moyang kita. Terlebih-lebih setelah
Kungfu masuk IPSI, atas anjuran Pemerintah berdasarkan pertimbangan
lebih baik Kungfu berada di dalam IPSI sehingga lebih mudah dalam
mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus
menasionalisasikan.
Standarisasi yang telah dirintis pembuatannya, hanyalah untuk jurus
dasar bagi keperluan khusus olahraga dan bela diri. Sedangkan
pengembangannya telah diserahkan kepad setiap perguruan yang ada. Sistem
pembinaan yang dipakai oleh IPSI ialah setiap aspek yang ada dijadikan
jalur pembinaan, sehingga jalur pembinaan Pencak Silat meliputi :
1. Jalur pembinaan seni
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
Keempat jalur ini diolah, dengan saringan dan mesin sosial budaya, yaitu Pancasila.
Peraturan Pertandingan Pencak Silat
Gelanggang dapat di lantai atau dipanggung dan dilapisi matras dengan
tebal maksimum 5 cm, permukaan rata dan tidak memantul serta ditutup
dengan alas yang tidak licin, berukuran 9 x 9 meter.
Gelanggang terdiri dari :
Bidang Gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran 7 x 7 m.
Bidang Laga berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang
Batas Gelanggang dan bidang laga dibuat dengan garis selebar ke arah
luar 5 cm dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang. Pada
tengah-tengah bidang laga dibuat lingkaran dengan garis tengah 2 m
selebar 5 cm sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan.
Lingkaran tersebut mempunyai tanda garis lurus pada garis tengah
lingkaran selebar 5 cm. Yang sejajar dengan sisi bujur sangkar dan
berwarna kontras dengan permukaan gelanggang.
Sudut pesilat adalah ruang pada sudut bujur sangkar yang berhadapan
dan dibatasi oleh lingkaran bidang laga. Sudut yang berhadapan lainnya
adalah sudut netral.
Perlengkapan gelanggang :
a. Ember, gelas, kain pel dan kesed dari ijuk,
b. Jam pertandingan/game match
c. Gong atau alat yang berfungsi sama
d. Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/babak
e. Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang
f. Perlengkapan lain-lain
g. Formulir pertandingan
b. Jam pertandingan/game match
c. Gong atau alat yang berfungsi sama
d. Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/babak
e. Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang
f. Perlengkapan lain-lain
g. Formulir pertandingan
Perlengkapan pertandingan :
a. Pakaian pertandingan, pakaian Pencak Silat berwarna hitam
b. Pelindung badan
c. Pelindung kemaluan
b. Pelindung badan
c. Pelindung kemaluan
Pembagian kelas :
Menurut umurnya, peserta dibagi 3 golongan :
- Golongan remaja berumur di atas 14 s/d 17 tahun
- Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
- Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
- Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
- Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
Menurut berat badan, pesilat dibagi dalam kelas-kelas :
Golongan Remaja :
Kelas A, 33 – 39 kg
Kelas B, di atas 36 – 39 kg
Kelas C, di atas 39 – 42 kg
Kelas D, di atas 42 – 45 kg
Kelas E, di atas 45 – 48 kg
Kelas F, di atas 48 – 51 kg
Kelas G, di atas 51 – 54 kg
Kelas H, di atas 54 – 57 kg
Kelas I, di atas 57 – 60 kg
Kelas B, di atas 36 – 39 kg
Kelas C, di atas 39 – 42 kg
Kelas D, di atas 42 – 45 kg
Kelas E, di atas 45 – 48 kg
Kelas F, di atas 48 – 51 kg
Kelas G, di atas 51 – 54 kg
Kelas H, di atas 54 – 57 kg
Kelas I, di atas 57 – 60 kg
Golongan Teruna :
Kelas A, 40 – 45 kg
Kelas B, di atas 45 – 50 kg
Kelas C, di atas 50 – 55 kg
Kelas D, di atas 55 – 60 kg
Kelas E, di atas 60 – 65 kg
Kelas F, di atas 65 – 70 kg
Kelas G, di atas 70 – 75 kg
Kelas H, di atas 75 – 80 kg
Dengan seterusnya selisih 5 kg
Kelas bebas, berat di atas 65 kg.
Kelas B, di atas 45 – 50 kg
Kelas C, di atas 50 – 55 kg
Kelas D, di atas 55 – 60 kg
Kelas E, di atas 60 – 65 kg
Kelas F, di atas 65 – 70 kg
Kelas G, di atas 70 – 75 kg
Kelas H, di atas 75 – 80 kg
Dengan seterusnya selisih 5 kg
Kelas bebas, berat di atas 65 kg.
Waktu Pertandingan
Permainan dilangsungkan dalam 3 babak yang setiap babak terdiri dari 2
menit. Di antara babak yang satu dengan lainnya diberikan waktu
istirahat 1 menit. Waktu ketika wasit menghentikan pertandingan tidak
termasuk waktu bertanding dan perhitungan terhadap pemain yang jatuh
karena serangan yang sah tidak termasuk waktu bertanding.
Sasaran
Yang dapat dijadikan sasaran perkenaan adalah bagian tubuh kecuali
leher ke atas dan kemaluan yaitu dada, perut, punggung dan pinggang kiri
serta kanan. Bagian tungkai lengan dapat dijadikan sasaran serangan
menjatuhkan dan mengunci tetapi tidak mempunyai nilai sebagai sasaran
perkenaan. Setiap pertandingan dipimpin oleh 1 (satu) orang wasit dan
dibantu oleh 5 (lima) orang juri penilai.
Selasa, 16 Oktober 2012
Kendang Penca Urang Sunda
Sedikit mengenal gendang pencak
Sok ras inget baheula ker di ajar silat ka aki bari make kendang ,
tarompet jeng go'ong malah mah kungsi sababaraha kali mentas dinu hajat
. arti : Kembali teringat waktu belajar silat dengan kakek sambil di
iringi gendang , terompet dan gong bahkan pernah beberapa kali pentas di
hajatan.
Gendang penca atau kendang penca satu seni yang tidak terlepas dari seni
pencak silat .. ya kendang penca yang nasibnya makin tersisihkan
bahkan bisa di bilang barang langka terlebih buat anak-anak muda
sekarang padahal kendang pencak warisan tak ternilai dari para
karuhun/leluhur sunda yang merupakan satu kesenian yang harus di jaga
dan di lestarikan .. tapi nasibnya malang karena tersisihkan oleh zaman
terlebih anak muda sunda sekarang mungkin lebih cenderung menyukai
budaya luar. sedikit mengenal kendang pencak
Tari&IbingPencakSilat
Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam pencak silat adalah aspek seni pencak silat, yang lebih populer di Jawa Barat dengan sebutan ibing namun tidak sedikit orang menyebut aspek seni pencak silat ini dengan istilah tari pencak silat padahal dalam kenyataan yang sebenarnya bahwa istilah ibing pencak silat dengan istilah tari pencak silat mempunyai pengertian yang berbeda. Ibing Pencak Silat mempunyai pengertian yang lebih mendalam dibanding tari pencak silat, karena dalam ibing pencak silat selain ada unsur keindahan gerak di dalamnya, mempunyai tujuan akhir menjatuhkan lawan, sehingga dalam ibing pencak silat unsur beladirinya lebih menonjol. Sedangkan istilah tari lebih ditekankan pada unsur keindahannya saja tidak ada unsur beladirinya, seperti tari-tarian yang sering kita lihat. Oleh karena itu rasanya kurang tepat apabila pencak silat disebut sebagai tari pencak silat, sebab pada umumnya para ahli pencak silat di Jawa Barat menyebut seni pencak silat dengan sebutan ibing pencak silat bukan tari pencak silat.
Pada mulanya pencak silat lahir
karena kebutuhan masyarakat untuk mempertahankan diri, dapat dipahami kalau
aspek yang menonjol adalah aspek beladiri. Namun pada kurun waktu tertentu,
disebabkan situasi politik pada saat itu (zaman penjajahan Belanda) yang tidak
begitu respek terhadap beladiri pencak silat, maka pengembangan pencak silat
beralih dari aspek beladiri ke aspek seni. Hal ini merupakan salah satu taktik
dari para pendekar pencak silat untuk tetap melestarikan pencak silat. Padahal
jika diperhatikan lebih seksama, justru dalam seni pencak silat
tersembunyi kaidah beladiri pencak silat.
Di Jawa Barat, di samping
dikenal dengan aspek beladirinya, yang lebih dikenal dengan sebutan buah atau
eusi, dikenal pula aspek pencak silat seni yang disebut kembang atau ibing
pencak silat, sehingga apabila mendengar kata
“pencak” yang terbayang oleh masyarakat Jawa Barat bukanlah suatu sistem
pembelaan diri, melainkan suatu seni ibing pencak silat yang diambil dari gerak serangan dan belaan.
Ada beberapa unsur
yang perlu diperhatikan dalam ibing pencak silat, antara lain:
Pertama, unsur kekayaan gerak
(wiraga) yaitu kekayaan gerak atau jurus-jurus yang dimiliki oleh seorang
pesilat selama belajar di perguruannya, sehingga penampilannya menjadi tidak
monoton atau membosankan apabila tampil di atas pentas (terutama dalam
pertandingan seni pencak silat), tetapi apabila dalam kaulan (spontanitas) pada
acara hajatan unsur kekayaan geraknya tidak begitu diperhatikan pesilat yang
penting pesilat mampu memperagakan gerakannya dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah pencak silat karena tidak terikat oleh
sistem penilaian dari juri seperti dalam pelaksanaan pertandingan pencak silat seni.
Kedua, unsur irama (wirahma)
atau musik, unsur inilah yang membedakan aspek seni dengan aspek yang lain
dalam pencak silat. Gendang Pencak adalah merupakan
sejenis alat musik tradisional yang biasa dipakai mengiringi pesilat yang
tampil di atas panggung atau pentas dan alat tradisional ini sering digunakan
dalam pertandingan pencak silat
seni dan acara khitanan atau acara kesenian daerah
lainnya, daerah – daerah yang masih mempergunakan peralatan tradisional ini di
antaranya, daerah Bogor, Sukabumi, Bandung, Cianjur, Garut, dan banyak lagi
daerah lainnya di Jawa Barat.
Seperangkat peralatan pengiring
seni pencak silat atau lebih dikenal dengan nama
kendang pencak silat
adalah:
1.
Gendang induk, (Kendang indung)
2.
Gendang anak, (kendang anak)
3.
Kulanter (kendang kecil)
4.
Terompet (tarompet)
5.
Goong (Gong)
Gendang pencak dimainkan oleh 4
(empat) orang penabuh (nayaga/wiyaga). Mereka mempunyai tugas masing-masing
dalam pelaksanaannya sehingga gendang pencak silat mempunyai nilai seni
kedaerahan yang khas dan selain itu mempunyai nilai keindahan, etika, dan
estetika. Adanya keserasian dari irama gendang, terompet, dan gong yang
mengeluarkan bunyi tersendiri membuat orang yang mendengarnya menjadi kagum
apalagi apabila irama ini sambil dihayati, dinikmati, dan dirasakan akan
memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Ada beberapa kelebihan dari penabuh
kendang pencak silat yang sudah berpengalaman selain mampu mengiringi ibing
pencak silat yang sudah dirancang sebelumnya, ia mampu mengiringi
gerakan-gerakan lain yang tidak dirancang sebelumnya atau gerakan beladiri lain
diluar pencak silat yang ingin mencoba diiringi oleh tabuhan kendang pencak silat, biasanya penabuh mempergunakan irama padungdung
karena irama ini dianggapnya lebih mudah bila dibandingkan dengan irama
paleredan atau tepak dua. Apabila pesilat yang sedang tampil di atas pentas
tiba-tiba melakukan kesalahan maka iramanya tidak akan cocok dengan gerakan
yang ditampilkan, dan yang melihat akan menilai bahwa penampilan pesilat tadi
belum paham dengan irama gendang pencak yang mengiringinya. Oleh karena itu,
seorang pesilat seni sebelum tampil di atas pentas perlu latihan lebih dahulu
dengan tekun dan serius serta harus peka terhadap gerakan – gerakan yang akan
ditampilkannya di atas pentas serta diwajibkan memperhatikan patokan-patokan
irama ibing pencak silat
yang sudah ada, misalnya ibing paleredan, tepak dua, tepak tiga, padungdung,
dan lain sebagainya.
Ketiga, unsur penjiwaan gerak
(wirasa) yaitu salah satu unsur yang sangat penting dimiliki oleh seorang
pesilat karena penjiwaan gerak ini sulit dipelajari dan dipahami pesilat di
samping memerlukan waktu yang cukup lama. Penjiwaan gerak merupakan salah satu
unsur yang mempunyai nilai seni beladiri tinggi dalam aspek pencak silat seni.
Oleh karena itu, pesilat dituntut harus menguasai arti dan makna gerak pencak silat yang sebenarnya, serta mengerti maksud dan tujuan
dari jurus-jurus dan teknik-teknik pencak silat yang dipelajarinya.
Di samping unsur-unsur tersebut
di atas, ada faktor pendukung lainnya yang tidak bisa dipisahkan dari aspek
seni pencak silat, antara lain pakaian pencak silat, pakaian pencak silat di
Jawa Barat umumnya disebut pangsi, pangsi dipakai oleh seorang pesilat pada
waktu pentas (tampil) dalam pertandingan, latihan, ujian kenaikan tingkat, dan
pada upacara-upacara tertentu. Tokoh-tokoh pencak silat biasanya memakai pangsi
warna hitam dengan ikat kepala barangbang semplak atau peci, ikat pinggang
kulit atau kain sarung, namun sekarang pakaian pencak silat
sudah dikemas sedemikian rupa disesuaikan dengan kebutuhan, termasuk warna
pakaian tidak selalu hitam-hitam, begitupun dalam sabuk (ikat pinggang)
disesuaikan dengan tingkatan masing-masing, terutama dalam pertandingan pencak silat seni.
Sejarah dan perkembangannya
Pencak silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia
berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam
situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh
bangsa Indonesia,
Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal
dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang
sama.
Pencak Silat merupakan
unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia
yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum
ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia
yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi
sumber bagi pengembangan yang lebih teratur.
Hanya secara turun temurun dan
bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti
dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di
masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut
keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.
A. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah
mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun
bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi
masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan
diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang
tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi
perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di
masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn ampuh
seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari
prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang
tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk
mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau
pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan
seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk
bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan
ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan
Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan
pembawaan bangsa Indonesia.
B. Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang
berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup
bangsa yang diperintah. Pemerintah Belandan tidak memberi kesempatan
perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang
berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri
diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan
kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat
menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan
oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan
yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih
digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara
saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat
berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak
mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
C. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa
yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai
ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri,
dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas
anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa
serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta
pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan
Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada
tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena
khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan
kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita,
tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi
demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga
keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan
keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya
dalam masyarakat kita.
D. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan
Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih
banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak
Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat
kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan
budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia
Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei
1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan
aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program
kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan
kepengurusan di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian,
mulai dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah
pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan
istilah bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama "Pencak
Silat" yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daera.
Kamarana uran sunda teh ???
Langganan:
Postingan (Atom)