Sedikit mengenal gendang pencak
Sok ras inget baheula ker di ajar silat ka aki bari make kendang ,
tarompet jeng go'ong malah mah kungsi sababaraha kali mentas dinu hajat
. arti : Kembali teringat waktu belajar silat dengan kakek sambil di
iringi gendang , terompet dan gong bahkan pernah beberapa kali pentas di
hajatan.
Gendang penca atau kendang penca satu seni yang tidak terlepas dari seni
pencak silat .. ya kendang penca yang nasibnya makin tersisihkan
bahkan bisa di bilang barang langka terlebih buat anak-anak muda
sekarang padahal kendang pencak warisan tak ternilai dari para
karuhun/leluhur sunda yang merupakan satu kesenian yang harus di jaga
dan di lestarikan .. tapi nasibnya malang karena tersisihkan oleh zaman
terlebih anak muda sunda sekarang mungkin lebih cenderung menyukai
budaya luar. sedikit mengenal kendang pencak
Tari&IbingPencakSilat
Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam pencak silat adalah aspek seni pencak silat, yang lebih populer di Jawa Barat dengan sebutan ibing namun tidak sedikit orang menyebut aspek seni pencak silat ini dengan istilah tari pencak silat padahal dalam kenyataan yang sebenarnya bahwa istilah ibing pencak silat dengan istilah tari pencak silat mempunyai pengertian yang berbeda. Ibing Pencak Silat mempunyai pengertian yang lebih mendalam dibanding tari pencak silat, karena dalam ibing pencak silat selain ada unsur keindahan gerak di dalamnya, mempunyai tujuan akhir menjatuhkan lawan, sehingga dalam ibing pencak silat unsur beladirinya lebih menonjol. Sedangkan istilah tari lebih ditekankan pada unsur keindahannya saja tidak ada unsur beladirinya, seperti tari-tarian yang sering kita lihat. Oleh karena itu rasanya kurang tepat apabila pencak silat disebut sebagai tari pencak silat, sebab pada umumnya para ahli pencak silat di Jawa Barat menyebut seni pencak silat dengan sebutan ibing pencak silat bukan tari pencak silat.
Pada mulanya pencak silat lahir
karena kebutuhan masyarakat untuk mempertahankan diri, dapat dipahami kalau
aspek yang menonjol adalah aspek beladiri. Namun pada kurun waktu tertentu,
disebabkan situasi politik pada saat itu (zaman penjajahan Belanda) yang tidak
begitu respek terhadap beladiri pencak silat, maka pengembangan pencak silat
beralih dari aspek beladiri ke aspek seni. Hal ini merupakan salah satu taktik
dari para pendekar pencak silat untuk tetap melestarikan pencak silat. Padahal
jika diperhatikan lebih seksama, justru dalam seni pencak silat
tersembunyi kaidah beladiri pencak silat.
Di Jawa Barat, di samping
dikenal dengan aspek beladirinya, yang lebih dikenal dengan sebutan buah atau
eusi, dikenal pula aspek pencak silat seni yang disebut kembang atau ibing
pencak silat, sehingga apabila mendengar kata
“pencak” yang terbayang oleh masyarakat Jawa Barat bukanlah suatu sistem
pembelaan diri, melainkan suatu seni ibing pencak silat yang diambil dari gerak serangan dan belaan.
Ada beberapa unsur
yang perlu diperhatikan dalam ibing pencak silat, antara lain:
Pertama, unsur kekayaan gerak
(wiraga) yaitu kekayaan gerak atau jurus-jurus yang dimiliki oleh seorang
pesilat selama belajar di perguruannya, sehingga penampilannya menjadi tidak
monoton atau membosankan apabila tampil di atas pentas (terutama dalam
pertandingan seni pencak silat), tetapi apabila dalam kaulan (spontanitas) pada
acara hajatan unsur kekayaan geraknya tidak begitu diperhatikan pesilat yang
penting pesilat mampu memperagakan gerakannya dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah pencak silat karena tidak terikat oleh
sistem penilaian dari juri seperti dalam pelaksanaan pertandingan pencak silat seni.
Kedua, unsur irama (wirahma)
atau musik, unsur inilah yang membedakan aspek seni dengan aspek yang lain
dalam pencak silat. Gendang Pencak adalah merupakan
sejenis alat musik tradisional yang biasa dipakai mengiringi pesilat yang
tampil di atas panggung atau pentas dan alat tradisional ini sering digunakan
dalam pertandingan pencak silat
seni dan acara khitanan atau acara kesenian daerah
lainnya, daerah – daerah yang masih mempergunakan peralatan tradisional ini di
antaranya, daerah Bogor, Sukabumi, Bandung, Cianjur, Garut, dan banyak lagi
daerah lainnya di Jawa Barat.
Seperangkat peralatan pengiring
seni pencak silat atau lebih dikenal dengan nama
kendang pencak silat
adalah:
1.
Gendang induk, (Kendang indung)
2.
Gendang anak, (kendang anak)
3.
Kulanter (kendang kecil)
4.
Terompet (tarompet)
5.
Goong (Gong)
Gendang pencak dimainkan oleh 4
(empat) orang penabuh (nayaga/wiyaga). Mereka mempunyai tugas masing-masing
dalam pelaksanaannya sehingga gendang pencak silat mempunyai nilai seni
kedaerahan yang khas dan selain itu mempunyai nilai keindahan, etika, dan
estetika. Adanya keserasian dari irama gendang, terompet, dan gong yang
mengeluarkan bunyi tersendiri membuat orang yang mendengarnya menjadi kagum
apalagi apabila irama ini sambil dihayati, dinikmati, dan dirasakan akan
memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Ada beberapa kelebihan dari penabuh
kendang pencak silat yang sudah berpengalaman selain mampu mengiringi ibing
pencak silat yang sudah dirancang sebelumnya, ia mampu mengiringi
gerakan-gerakan lain yang tidak dirancang sebelumnya atau gerakan beladiri lain
diluar pencak silat yang ingin mencoba diiringi oleh tabuhan kendang pencak silat, biasanya penabuh mempergunakan irama padungdung
karena irama ini dianggapnya lebih mudah bila dibandingkan dengan irama
paleredan atau tepak dua. Apabila pesilat yang sedang tampil di atas pentas
tiba-tiba melakukan kesalahan maka iramanya tidak akan cocok dengan gerakan
yang ditampilkan, dan yang melihat akan menilai bahwa penampilan pesilat tadi
belum paham dengan irama gendang pencak yang mengiringinya. Oleh karena itu,
seorang pesilat seni sebelum tampil di atas pentas perlu latihan lebih dahulu
dengan tekun dan serius serta harus peka terhadap gerakan – gerakan yang akan
ditampilkannya di atas pentas serta diwajibkan memperhatikan patokan-patokan
irama ibing pencak silat
yang sudah ada, misalnya ibing paleredan, tepak dua, tepak tiga, padungdung,
dan lain sebagainya.
Ketiga, unsur penjiwaan gerak
(wirasa) yaitu salah satu unsur yang sangat penting dimiliki oleh seorang
pesilat karena penjiwaan gerak ini sulit dipelajari dan dipahami pesilat di
samping memerlukan waktu yang cukup lama. Penjiwaan gerak merupakan salah satu
unsur yang mempunyai nilai seni beladiri tinggi dalam aspek pencak silat seni.
Oleh karena itu, pesilat dituntut harus menguasai arti dan makna gerak pencak silat yang sebenarnya, serta mengerti maksud dan tujuan
dari jurus-jurus dan teknik-teknik pencak silat yang dipelajarinya.
Di samping unsur-unsur tersebut
di atas, ada faktor pendukung lainnya yang tidak bisa dipisahkan dari aspek
seni pencak silat, antara lain pakaian pencak silat, pakaian pencak silat di
Jawa Barat umumnya disebut pangsi, pangsi dipakai oleh seorang pesilat pada
waktu pentas (tampil) dalam pertandingan, latihan, ujian kenaikan tingkat, dan
pada upacara-upacara tertentu. Tokoh-tokoh pencak silat biasanya memakai pangsi
warna hitam dengan ikat kepala barangbang semplak atau peci, ikat pinggang
kulit atau kain sarung, namun sekarang pakaian pencak silat
sudah dikemas sedemikian rupa disesuaikan dengan kebutuhan, termasuk warna
pakaian tidak selalu hitam-hitam, begitupun dalam sabuk (ikat pinggang)
disesuaikan dengan tingkatan masing-masing, terutama dalam pertandingan pencak silat seni.
Sejarah dan perkembangannya
Pencak silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia
berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam
situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh
bangsa Indonesia,
Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal
dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang
sama.
Pencak Silat merupakan
unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia
yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum
ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia
yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi
sumber bagi pengembangan yang lebih teratur.
Hanya secara turun temurun dan
bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti
dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di
masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut
keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.
A. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah
mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun
bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi
masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan
diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang
tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi
perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di
masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn ampuh
seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari
prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang
tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk
mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau
pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan
seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk
bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan
ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan
Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan
pembawaan bangsa Indonesia.
B. Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang
berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup
bangsa yang diperintah. Pemerintah Belandan tidak memberi kesempatan
perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang
berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri
diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan
kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat
menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan
oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan
yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih
digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara
saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat
berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak
mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
C. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa
yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai
ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri,
dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas
anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa
serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta
pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan
Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada
tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena
khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan
kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita,
tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi
demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga
keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan
keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya
dalam masyarakat kita.
D. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan
Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih
banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak
Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat
kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan
budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia
Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei
1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan
aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program
kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan
kepengurusan di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian,
mulai dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah
pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan
istilah bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama "Pencak
Silat" yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daera.
Kamarana uran sunda teh ???
Hatur nuhun informasi na
BalasHapus